Ket [Foto]: Ilustrustrasi pendataan bantuan sosial.
Bertahan dalam Keterbatasan dimasa Pandemi
Temanggung, MediaCenter - Selasa Siang (14/12), Ranti (35) tertunduk lesu di lantai rumahnya, di salah satu kelurahan Kecamatan/Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Meski telah berulang kali menghitung uang belanjanya hari itu, tetap tidak mampu mencukupi kebutuhan makan seluruh anggota keluarganya yang berjumlah empat orang.
Sejak awal berlangsung pandemi Korona sekitar awal Maret lalu hingga sekarang suaminya dirumahkan dari pekerjaannya sebagai pengemudi bus wisata. Karenanya keluarga ini kehilangan pemasukan. Mulanya, Ranti masih bisa menggunakan sisa uang tabungan sebesar Rp 1 juta yang berhasil ia kumpulkan selama suaminya, masih bekerja. Tidak sampai dua bulan, uang tersebut ludes untuk hidup sehari-hari.
Belum lagi angsuran sepeda motor yang terus menunggak dan biaya sewa rumah yang juga tidak terbayar. Untungnya, pihak pemberi kredit masih bisa memaklumi keterlambatan pembayaran. Sedangkan untuk membayar sewa rumah, Ranti telah merelakan beberapa gram perhiasan yang dimilikinya untuk dijual dan uangnya digunakan untuk pembayaran kontrak rumah.
"Di awal-awal masih ada beberapa teman dan keluarga yang membantu. Saya juga mencari pinjaman ke mana-mana. Tapi belakangan semua orang juga mengalami kesulitan keuangan, sehingga sulit mendapatkan pinjaman," keluh dia.
Hal yang paling membuatnya makin sulit, lanjut Ranti, lantaran ia kerap tidak memiliki uang untuk membeli paket data guna keperluan pembelajaran jarak jauh anaknya. Untuk kebutuhan itu, ia pun berhutang kebeberapa orang. Semula ia sempat merasa senang karena telah didata sebagai calon penerima bantuan sosial tahap kedua. Namun hingga kini uang bantuan tidak kunjung ia terima.
"Kondisinya makin lama makin sulit, tidak tahu harus bagaimana," katanya.
Faris (52) salah seorang pengemudi transportasi daring mengeluhkan hal senada. Ia bahkan terus mempertanyakan kapan kondisi sulit akibat pandemi Korona akan berakhir. Sebab ia makin kesulitan mendapatkan penghasilan selama pandemi.
Dikatakan, sebelum pandemi, dari pekerjaannya mengemudikan ojek online, ia mampu meraup hasil bersih kisaran Rp 300 ribu sampai Rp 400 ribu per hari. Namun kini, penghasilan Rp 100 ribu dalam sehari pun sangat sulit ia dapatkan.
"Ini pandemi Korona akan sampai kapan selesainya ya, kondisi kami makin sulit," pungkasnya. (MC.TMG/Tosiani;Ekape)
Tuliskan Komentar anda dari account Facebook