Kontur Pegunungan, Agus Gondrong Inisiasi Kereta Gantung Angkut Pupuk dan Hasil Pertanian
Ket [Foto]:

Kontur Pegunungan, Agus Gondrong Inisiasi Kereta Gantung Angkut Pupuk dan Hasil Pertanian

Temanggung, MediaCenter - Bupati Agus Setyawan tak henti berusaha mewujudkan misinya dalam memajukan sektor pertanian daerah, sekaligus meningkatkan kesejahteraan bagi para petani. Beragam metode, serta inovasi tengah ia kaji demi mewujudkan harapan tersebut.

Selain ingin memperbanyak greenhouse dengan modifikasi berbasis teknologi, dirinya juga tengah mengkaji teknik pengangkutan hasil panen petani dengan menggunakan sling atau tali khusus yang sengaja dirancang untuk mengangkat, menarik, mengerek, atau mengangkut beban berat.

Penggunaan metode sling sendiri dirasa cukup membantu proses pengolahan, serta pemanenan hasil pertanian yang berada di wilayah dengan kontur lahan lereng pegunungan, serta berbukit.

Selain membantu memudahkan proses pengangkutan benda berat, seperti pupuk dan hasil panen, penggunaan metode sling juga dapat mengurangi biaya operasional para petani yang memiliki lahan di lereng-lereng pegunungan, sehingga aksesnya cukup sulit.

“Hampir 70 persen masyarakat di Kabupaten Temanggung bermata pencaharian sebagai petani dan pekebun. Sehingga perlu difasilitasi dengan berbagai infrastruktur di tingkat desa, khususnya wilayah lereng gunung. Metode ini (sling-red) akan memudahkan para petani,” ujarnya di sela-sela tinjauan ke lokasi lahan yang telah menggunakan teknologi sling di Desa Bansari, Kecamatan Bansari, pada Minggu (11/5/2025) siang.

Dengan melihat berbagai aspek positif, serta keuntungan yang diperoleh, Bupati berharap agar setiap desa yang termasuk ke dalam kategori wilayah sentra pertanian dan perkebunan, dapat menyisihkan anggaran untuk membantu merealisasikan pembangunan metode sling yang diperkirakan menelan biaya hanya sebesar Rp 80 juta.

“Tentu harus ada sinergitas yang baik antar pemangku kepentingan. Diantaranya Dinpermades, maupun Dinas Pertanian agar metode ini dapat diterapkan secara meluas,” pintanya.

Sementara itu, Sofyan, salah seorang petani di Desa Bansari menjelaskan, bahwa penggunaan metode angkut menggunakan tali sling di wilayahnya, telah berlangsung sejak tahun 2023 lalu. Tak hanya membantu mengangkut pupuk saja, akan tetapi metode sling juga dimanfaatkan saat proses pemanenan dilakukan.

Selain faktor kemudahan, metode ini juga mampu menekan biaya pokok produksi hingga berkali-kali lipat. Mengingat efektifitas dan besarnya manfaat yang diperoleh, diharapkan penggunaan teknologi sling ke depan dapat diterapkan di lebih banyak wilayah pedesaan yang lain.

Dirinya mencontohkan, seperti apa yang telah diterapkan pada lahan pertanian di Desa Bansari. Saat proses pengangkutan dilakukan secara manual alias jalan kaki, maka besaran biaya usung atau angkut lintas bukit membutuhkan nominal sebesar Rp 5.000 per karung untuk sekali jalan.

Berbeda, apabila proses pengangkutan memakai metode tali sling yang cukup menghemat pengeluaran setiap petani. Berdasar kalkulasi sederhana, efisiensi atau penghematan anggarannya sendiri mencapai sekitar 13 kali lipat lebih murah.

“Untuk sekali jalan bisa mengangkut hingga 8 karung. Padahal untuk setiap satu liter bahan bakar seharga Rp 12.000 yang digunakan, dapat mengangkut hingga 4 kali jalan. Atau jika ditotal 32 karung,” pungkasnya. (IFN;EKP)

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook
This notification will be closed in seconds.