Kota Bambu Runcing Parakan Diusulkan Menjadi Museum Terbuka
Ket [Foto]: Seminar nasional Parakan Kota Pusaka yang dilaksanakan secara virtual digelar Rabu (18/11/2020).

Kota Bambu Runcing Parakan Diusulkan Menjadi Museum Terbuka

Temanggung, MediaCenter - Seminar nasional bertajuk 'Parakan Kota Pusaka' yang dihelat secara virtual dalam rangka memperingati HUT ke-186 Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, berlangsung sangat menarik. Dari kajian ini muncul berbagai ide dan gagasan, salah satunya adalah usulan menjadikan Kota Parakan sebagai museum terbuka. 
Musadad, peneliti sejarah arkeologi pra kolonial yang juga dosen Universitas Gadjah Mada Yogyakarta sebagai salah satu narasumber mengusulkan Kota Parakan untuk menjadi museum terbuka. Hal ini menindaklanjuti adanya usulan jika di Parakan didirikan sebuah bangunan museum untuk menguatkan jati diri sebagai kota pusaka. 
"Kalau soal usulan adanya museum sebenarnya Parakan secara keseluruhan sebagai kota sudah bisa menjadi museum terbuka. Malah luar biasa. Kalau mau bangun museum kita perlu memberi artefak-artefak, karena jangan sampai hanya foto-foto saja yang dipampang, tapi harus ada tiga dimensinya, sehingga pengunjung tertarik betul. Tapi dengan museum terbuka akan lebih menarik karena wisatawan bisa lebih lama tinggal di Parakan malah bisa menginap," ujarnya Rabu (18/11/2020).
Mantan Bupati Temanggung KH Hasyim Afandi menuturkan, di Parakan sejauh ini tidak ada tempat untuk dijadikan ruang atau bangunan khusus untuk museum. Akan tetapi keberadaan Taman Bambu Runcing bisa dimanfaatkan terlebih dahulu untuk diperkenalkan kepada anak-anak calon generasi penerus. Melalui cara ini anak-anak akan memahami sejarah Kota Parakan sebagai kota pusaka dan kota juang dengan bambu runcing sebagai ikonnya. 
"Bisa mengenalkan Parakan dengan muatan lokal, dengan memanfaatkan keberadaan Taman Bambu Runcing, karena di sini tidak ada tempat khusus untuk membuat museum. Tapi lewat cara itu di Taman Bambu Runcing guru bisa membawa murid-murid untuk dikenalkan tentang Bambu Runcing," terangnya. 
Narasumber lainnya, Ketua Lembaga Sejarah Arsitektur Indonesia yang juga dosen Universitas Tarumanegara Jakarta, Sutrisno Murtiyoso, menuturkan, nama Parakan sudah disebut jauh sebelum Kabupaten Temanggung berdiri pada tahun 1830-an, bahkan sebelum Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta berdiri. Dari litertur yang ia peroleh nama Parakan sudah disebut di Babat Giyanti pada abad 18. 
"Soal pendidikan saya rasa Pak Hasyim benar sekali, saya rasa kita harus menyusun muatan lokal untuk SD, SMP, SMA. Tanpa ada pendekatan terstruktur seperti itu akan sulit sekali menanamkan pada anak-anak cinta pada tumpah darah. Kita mudah mengatakan mencintai Indonesia, tapi sebelum itu lebih baik cinta kampung dulu," katanya. 
Bupati Temanggung Muhammad Al Khadziq, mengatakan, pembangunan di Kabupaten Temanggung tidak boleh kehilangan arahnya, oleh karena itu harus menggali sejarah yang tidak bisa dilupakan. Karena sejarah itulah yang membentuk identitas kita sebagai Temanggung. Hal ini akan menjadi bekal menatap masa depan yang lebih baik. 
"Parakan ini dulunya merupakan ibu kota Kabupaten Menoreh yang pada tahun 1834 Bupati pertama Raden Adipati Ario Djojonegoro memindahkan ibu kota dari Parakan ke Temanggung. Tentu saja masyarakat Kabupaten Temanggung berhutang pada masyarakat Parakan, karena terbentuknya kabupaten ini bermula dari Parakan,"katanya. 
Sebagaimana diketahui Parakan telah dinobatkan sebagai salah satu Kota Pusaka di Indonesia oleh pemerintah pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum RI lewat Piagam Komitmen Penataan Pelestarian Kota Pusaka Tahun 2015. Kala itu Parakan masuk dalam 17 kota/kabupaten di Indonesia yang menyandang gelar Kota Pusaka bersanding dengan Yogyakarta, Denpasar, Palembang, Semarang, Bogor dan lain sebagainya.
Keberadaan situs-situs bersejarah menjadi latar belakang ditetapkannya Parakan sebagai Kota Pusaka. Di era Mataram Kuno wilayah ini menempati posisi istimewa dibuktikan dengan ditemukannya prasasti Wanua Tengah. Dari prasasti inilah diketahui nama-nama raja Mataram Kuno, dari Raja Sanjaya, Pikatan, sampai Balitung.
Sebelum Kabupaten Temanggung lahir, dulu wilayah di sini bernama Kabupaten Menoreh, yang ibu kota kabupatennya berpusat di Parakan sekarang. Namun seiring dengan terjadinya suksesi perang Jawa atau Perang Diponegoro melawan Belanda pada 1825-1830 ikut mempengaruhi lahirnya Kabupaten Temanggung saat ini.
Pertempuran pasukan Diponegoro yang berhasil meluluh lantakkan pasukan musuh membuat Parakan dinilai sudah ternoda. Oleh karena itu, Bupati Ario Djojonegoro memindahkan ibu kotanya sejauh 12 kilometer, dan nama Menoreh sampai sekarang berubah menjadi Temanggung.
Lalu pada masa perang kemerdekaan, dari Parakan muncul Kiai Subchi yang memperkenalkan senjata bambu runcing yang menjadi legenda bagi perjuangan bersenjata di Indonesia. 
Dari segi bangunan sampai saat ini banyak bangunan berarsitek kuno seperti bekas stasiun kereta api, Klenteng Hok Tek Tong, komplek pecinan, Kantor Kawedanan, Omah Candi Gotong Royong yang merupakan tempat tinggal Lau Djing Tie tokoh dari Tiongkok yang membawa kungfu ke nusantara.(MC.TMG/Yoni;Ekape)

Seminar nasional Parakan Kota Pusaka yang dilaksanakan secara virtual digelar Rabu (18/11/2020).
Tuliskan Komentar anda dari account Facebook