Menyusuri Jejak Sang Legenda Titiek Puspa di Stasiun Temanggung
Ket [Foto]: Titiek Puspa

Menyusuri Jejak Sang Legenda Titiek Puspa di Stasiun Temanggung

(Mengais Rezeki dari Secangkir Kopi)

"Kopi den... ngunjuk kopi den"...,, (kopi tuan... minum kopi tuan) ucap seorang gadis cilik, bernama Sudarwati sembari membawa thermos dan kopi bubuk, serta gula pasir, kepada para pengunjung Stasiun Kereta Api Temanggung yang berada di Kelurahan Banyurip saat ini. Di antara deru kereta api, dan riuhnya orang berlalu-lalang, Sudarwati menawarkan dagangannya minuman kopi dan wedang jahe kepada orang yang baru turun atau mau naik kereta api.  

Peristiwa itu dialami Sudarwati pada medio paruh tahun 1940-an. Tak dinyana, puluhan tahun kemudian anak pasangan Jatin Toegeno Poespowidjojo dan Siti Marijam ini menjelma menjadi sosok seniman legendaris Indonesia dan lebih dikenal dengan nama Titiek Puspa. Ya, gadis penjual minuman kopi itu bahkan menjadi seniman yang melampaui tiga zaman, dengan bakatnya sebagai penyanyi, penulis, dan aktris.

Kisah masa lalu Titiek itu diceritakan kembali kepada MediaCenter, pada tahun 2014 silam saat pulang kampung dan hendak mengisi acara pada HUT Kabupaten Temanggung ke-180. Stasiun Temanggung menjadi salah satu saksi bisu kisah pilunya di masa lalu di masa penjajahan. Namun tekad kuat Titiek agar tetap bisa bersekolah akhirnya menumbuhkan semangat juangnya untuk masa depan.

"Ya di stasiun itu saya sempat jualan kopi, bawa thermos, kopi bubuk, sama gula. Saya jalan ke sana kemari menawarkan kepada orang-orang di sekitar stasiun kereta api yang sekarang sudah tidak ada keretanya, cuma tinggal sisa bangunannya. Jadi menawarkannya ya begitu ngunjuk kopi den... begitu, kan dulu Temanggung dingin ya jadi enak kalau nunggu "sepur" sambil anget-anget minum kopi pagi-pagi,"katanya.

Di Temanggung Titiek Bersama orang tuanya sempat tinggal di Greges, Kecamatan Tembarak, lalu Kranggan, sebelum akhirnya menetap di Kampung Gemoh, Kelurahan Butuh. Meski tidak lahir di Kota Tembakau, namun Titiek sudah "kadung tresno" dengan Temanggung dan menjadi kampung halamannya ketika mudik.

Berjualan minuman kopi atau wedang jahe dilakoninya selama beberapa tahun, sembari ia melanjutkan sekolahnya. Kini bekas Stasiun Temanggung tinggal kenangan, setelah jalur operasinya ditutup tahun 1973, tempat yang dulu riuh menjadi sepi hanya tinggal seonggok gedung tua peninggalan kolonial Belanda. Namun di sana telah terukir sejarah perjalanan panjang kehidupan Titiek Puspa hingga akhir hayatnya. Sang legenda itu telah berpulang pada 10 April 2025 di usia 87 tahun.(ary)

Titiek Puspa
Tuliskan Komentar anda dari account Facebook
This notification will be closed in seconds.