Ket [Foto]: PERINGATAN MALAM SELIKURAN DI SUMBING
PERINGATAN MALAM SELIKURAN DI SUMBING
Temanggung, MediaCenter – Saat bulan Ramadhan, masyarakat di Kabupaten Temanggung Jawa Tengah, memiliki banyak tradisi. Salah satu tradisi turun-temurun yang masih dilestarikan adalah malam selikuran atau prosesi menyambut malam ke-21 bulan Ramadhan. Tradisi ini ditandai dengan melakukan pendakian di gunung Sumbing oleh masyarakat sekitar. Pendaki bukan saja berasal dari daerah Temanggung. Namun, banyak diantaranya yang berasal dari luar daerah.
Jumat (16/6), tradisi naik gunung pada bulan Ramadhan, tepatnya memasuki puasa hari ke-21 sudah turun temurun dari leluhur di semua wilayah lereng gunung Sumbing (Magelang, Temanggung, Wonosobo) dan juga di gunung-gunung lainnya, sebagai peringatan Nuzulul Qur'an dan juga diyakini sebagai hari Kyai Makukuhan bermunajah untuk perkembangan Islam di lereng Sumbing.
Sesuai sejarah, di sebelah kawah terdapat petilasan Kyai Makukuhan yang merupakan utusan Wali Songo untuk menyebarkan agama Islam di wilayah Kedu atau lereng Sumbing. Mengapa dimakamkan di gunung tidak di daratan rendah pada umumnya? karena beliau mempunyai pemikiran bijak dan adil waktu itu agar tidak menjadi rebutan semua muridnya. Sehingga beliau dimakamkan di sekitar puncak Sumbing agar semua murid dan keturunannya dari berbagai penjuru/wilayah lereng Sumbing dapat berkunjung atau ziarah di tempat yang menjadi titik temu semua jalur di wilayah Gunung Sumbing.
Nilai lain dari tradisi selikuran yang beliau wariskan adalah tradisi ini menjadi momen pemersatu semua warga masyarakat agar tetap menjaga dan melestarikan terciptanya keharmonisan antara alam dan manusia, serta agar dapat mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan“berziarahlah kalian ke makam, karena ziarah makam mengingatkan kalian akan kematian” (HR. An Nasa’i). (MC TMG/Penulis: Agung Foto: Ariefditto)
"
Tuliskan Komentar anda dari account Facebook