Ket [Foto]:
Nuansa kerukunan pada kumpul keluarga Thauw Gee Imlek
Temanggung, MediaCenter – Sejumlah warga melakukan sembahyang Thauw Gee di Klenteng Kong Ling Bio Temanggung, Minggu (26/1/2020). Sembahyang ini merupakan rangkaian dari Perayaan Imlek. Adapun Thauw Gee sebagai ajang silaturahmi dan kumpul semua keluarga di klenteng.
Sembahyang dilakukan dalam tiga tahap. Bagian pertama dilakukan di bagian paling depan klenteng untuk menyembah Tuhan atau Allah. Mereka menyalakan tiga buah dupa, memohon, bersujud lalu meletakkan dupa tersebut dalam posisi berdiri pada wadah bulat dari kuningan dengan hiasan naga di sisi kanan dan kiri.
Di bagian paling depan klenteng itu, pihak pengurus klenteng telah menata 40 pasang lilin besar hingga ukuran sedang di sisi kanan dan kiri dari pintu masuk ke bagian tengah klenteng. Lilin di sebelah kanan dari arah datangnya pengunjung melambangkan kaum laki-laki. Sedangkan di bagian kiri melambangkan kaum perempuan. Lilin berfungsi untuk melengkapi doa dan permohonan.
Doa dipanjatkan untuk para dewa-dewi di bagian tengah klenteng. Juga dengan menggunakan sarana tiga buah dupa yang lalu diletakan dalam wadah besar berbentuk kotak, terbuat dari kayu. Setelah memohon dan bersujud, mereka beranjak ke bagian inti untuk menyembah tuan rumah klenteng, yakni Dewa Bumi.
Kepala Klenteng Kong Ling Bio Temanggung, Edwin Nugraha, mengatakan, tiap klenteng memiliki tuan rumah yang berbeda. Karena di Temanggung sebagian besar merupakan lahan pertanian dan penduduknya hidup dari bercocok tanam, maka tuan rumah yang disembah adalah Dewa Bumi.
Warga yang masih memiliki masalah di dalam keluarganya, melanjutkan berdoa di altar Dewi Kwan Im. Sedangkan bagi mereka yang memiliki penyakit dan ingin sembuh, berdoa di altar Dewa Pengobatan. Juga ada altar dewa lainnya dipasang berjajar di samping bangunan utama klenteng. Mereka yang sudah selesai bersembahyang lalu berkumpul bersama keluarga dan umat lainnya sekedar makan, sembari mengobrol dan bercanda. Suasana akrab dan rukun terasa di setiap sudut klenteng.
"Moment ini jadi kesempatan kumpul keluarga dan seluruh warga, tidak hanya umat buddha tri dharma dan warga tionghoa saja. Ini merupakan klenteng untuk rakyat, jadi semua orang boleh datang,"ujar Edwin.
Tahun imlek, katanya, merupakan perhitungan tahun berdasarkan bulan dan matahari. Waktu jatuhnya Imlek selalu sama, tidak kurang dari 21 Januari dan tidak lebih dari 21 Februari. Rangkaian acara imlek berlangsung dalam dua pekan sejak Sabtu (25/1/2020) kemarin.
Warga non tionghoa yang beragama lain pun ikut datang merayakan dan saling mengucapkan selamat tahun baru imlek. Mereka yang datang antara lain dari Kelompok Gus Durian, perwakilan gereja-gereja, dan warga biasa yang memang sering datang ke klenteng.
Catur Sulistyo, seorang perwakilan dari Gereja Santo Petrus dan Santo Paulus Temanggung mengaku selalu datang ke klenteng tiap kali perayaan imlek. Saling berkunjung ke umat dan tempat ibadah agama lain, menurutnya sudah menjadi tradisi untuk membina kerukunan antar umat beragama.
"Ini sudah tradisi untuk saling mengenal dan membina kerukunan antar umat beragama. Biasanya kalau pas Natal, umat dari klenteng juga datang ke gereja kami,"kata Catur. (MC TMG/ Tosiani, Editor:Ekape)
Tuliskan Komentar anda dari account Facebook