Ket [Foto]:
Diproses Dengan Baik, Kopi Temanggung Miliki Kualitas Tinggi
Temanggung-Mediacenter. Sekitar 80 (Delapan Puluh) persen Kopi Robusta asal Temanggung, Jawa Tengah hingga kini masih dikelola secara konvensional. Hal itu karena kultur petani kopi yang belum terbiasa melakukan petik merah, karenanya kualitas sebagian besar Kopi Robusta masih belum bagus.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Temanggung, Masrik Amin, mengatakan, saat ini wilayah Temanggung memiliki total luasan lahan Kopi Robusta 12 ribu hektare, dengan rata-rata produksi 0,8-1 ton per hektare. Dari jumlah itu, 80 persen masih dikelola secara konvensional. Yakni tidak petik merah, penjemuran dan roasting masih secara konvensional, belum mengikuti Standar Operasional Prosedur (SOP).
Lantaran pengelolaan yang masih konvensional, lanjut Masrik, berimbas pada rendahnya kualitas dan harga kopi hasil panen tahun 2019 lalu. Untuk jenis Robusta pada musim panen raya kopi tahun lalu yang berlangsung Agustus hingga awal Oktober terjual dikisaran harga Rp 21 ribu sampai Rp 23 ribu per Kilogram (Kg) kopi beras.
"Adapun 20 persen Kopi Robusta kita sudah dibina, mulai punya karakter, punya integritas dan sudah ada ciri khas,"kata Masrik.
20 persen Kopi Robusta yang sudah berkarakter premium ini memiliki harga bervariasi, yakni rata-rata Rp 35 ribu sampai Rp 40 ribu per Kg kopi beras. Dari Robusta premium ini terdapat jenis kopi lanang yang laku dengan harga Rp 40-45 ribu per Kg kopi beras. Hasil panen kopi lanang mencapai 7-10 persen dari total panen Kopi Robusta.
"Kopi Lanang ini merupakan penyimpangan genetis karena didalam satu ceri kopi hanya terdapat satu biji kopi saja,"katanya
Selain kopi lanang, ada pula kopi berkarakter khas seperti kopi dari Desa Ngadisepi di Kecamatan Gemawang, Robusta Highland, dan Kopi Simpar di daerah Tretep.
"Perilaku petani perlu kita dorong berubah pelan-pelan untuk meningkatkan kualitas,"katanya.
Adapun untuk kopi jenis Arabika hampir semua sudah premium karena barangnya sedikit dan harga tinggi. Total luasan lahan Arabika di Temanggung mencapai 2500-2800 Hektare. Arabika lebih punya karakter karena hidup di dataran tinggi 1300an meter dari permukaan laut (mdpl). Pengembangan hanya diwilayah yang cocok saja. Harga kopi gelondong basah Arabika juga sudah tinggi, yakni Rp 9-10 ribu per Kg pada panen tahun lalu.
"Sekarang juga sudah banyak petani bikin brand, sudah ada 180 merk yang terdaftar. Rencananya mereka akan menggunakan brand utama Kopi Temanggung. Sebelumnya hanya ada 140 merk kopi,"katanya.
Sugiyanto (33 Th) Pengelola Kopi Taman Posong, Kecamatan Kledung, mengaku sudah mengelola merk kopinya sendiri sejak sekitar tiga tahun lalu. Ia memiliki kebun seluas 6 Hektare. Sebelum dikelola sendiri, harga Kopi Arabikanya hanya di kisaran Rp 4000-5000 ceri. Sekarang sudah mencapai Rp 10 ribu per Kg ceri.
"Produksi kopi ceri kami hanya 20 ton. Biasanya untuk reseller kafe di Jakarta, Yogyakarta. Sudah diminta eksport 18 ton per bulan, tapi kami tidak sanggup memenuhi, jadi sementara untuk mencukupi permintaan lokal dulu,"katanya. (MC.TMG/Tosiani;Ekape)
Tuliskan Komentar anda dari account Facebook