Ket [Foto]:
Manfaatkan Ruas bambu untuk kerajinan sangkar burung
Temanggung-Mediacenter. Senin (2/3) Siang, S Didit Dwi Pramono (40 Th) merangkai ruas-ruas bambu menjadi sangkar burung dengan model klasik di rumahnya, kawasan Temanggung Lor RT 02/RW 06 Kelurahan Temanggung II, Kecamatan/Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Sesekali ia mengusap peluh yang menetes ke pelipis dengan punggung tangannya.
Usaha kerajinan sangkar burung dengan nama Klangenan ini dirintis Didit sejak dua tahun terakhir. Ide awalnya karena Didit memiliki kecintaan terhadap burung. Ia pun mulai belajar membuat sangkar burung secara autodidak dengan memanfaatkan bakat seninya. Sangkar burung yang dibuat Didit dengan memanfaatkan bahan baku bambu yang dipotong menjadi ruas-ruas dengan ujung melengkung. Model ini dikenal dengan gaya klasik Majapahit. Hal itu karena saat membuat model itu ia terinspirasi jaman kerajaan Majapahit dan Mataram. Satu unit sangkar burung ia buat dalam waktu satu hari.
“Memang awalnya saya senang memelihara burung-burung klangenan seperti merpati, derkuku, dan perkutut. Lalu ide untuk membuat sangkar burung dan mengembangkannya menjadi bisnis,” katanya.
Adapun bahan baku bambu dipilih dengan dasar ingin memanfaatkan kekayaan alam yang ada di Indonesia. Sebagaimana diketahui tanaman bambu memang banyak tumbuh di nusantara, terutama di daerah pedesaan seperti Temanggung. Berbeda dengan sangkar lain yang banyak beredar di pasaran, sangkar burung buatan Didit kerangka utama sangkar tradisional hanya dibuat dari satu ruas bambu dan diatasnya masih menyisakan cabang-cabang ros agar terkesan natural.
Selain memberikan kesan alami, kelebihan dari sangkar burung buatan Didit ini juga memiliki tingkat kekuatan dan ketahanan lebih tinggi atau lebih awet. Diakui Didit, inspirasi terkait model sangkar yang dibuatnya ia pelajari dari berbagai referensi. Antara lain buku-buku sejarah, lukisan era kerajaan, relief. Ia juga kerap bertukar ilmu dengan rekan-rekannya sesama pecinta burung klangenan dari berbagai daerah khususnya Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Sangkar burung buatan Didit dipasarkan dengan kisaran harga antara Rp 50 - 100 ribu per unit. Tak hanya ke sekitar Temanggung, sangkar burung dijual ke berbagai daerah, seperti Magelang, Kendal, Semarang dan Pekalongan.
"Promosinya sebagian melalui media sosial dan antar grup sesama pecinta burung,"katanya.
Belakangan Didit mengembangkan bisnisnya dengan memproduksi kuda lumping. Ia memasarkan kuda lumpingnya dengan kisaran harga antara Rp 100 - 300 ribu per unit. Ia juga memproduksi kuda lumping ukuran mini untuk gantungan kunci, dan ia jual dengan harga antara Rp 5000 sampai Rp 10 ribu per unit. (MC.TMG/Tosiani;Ekape)
Tuliskan Komentar anda dari account Facebook