Disabilitas Intelektual Terapi Penghidupan Dengan Kelola Kafe
Ket [Foto]:

Disabilitas Intelektual Terapi Penghidupan Dengan Kelola Kafe

Temanggung-Mediacenter. Balai Besar Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Intelektual (BBRSPDI) Kartini Temanggung mulai tahun ini menerapkan progran terapi penghidupan dengan melatih anak-anak disabilitas intelektual mengaplikasikan bimbingan ketrampilan dengan mengelola kafe.
Kafe untuk pembelajaran penghidupan kaum disabilitas itu diberi nama D'Tel yang merupakan singkatan dari Disabilitas Intelektual. Kafe dengan luasan 6,5x7 meter dibagian depan dan bagian belakang 8x2 meter ini dibawah naungan bagian instalasi produksi. Peralatan untuk seduh kopi sudah mulai dibeli sejak tahun 2019 dan 2020. Lalu tahun ini ada tambahan belanja modal untuk kafe sekitar Rp 46 juta. 
"Ini program rintisan terapi penghidupan. Jadi anak-anak mengaplikasikan pendidikan bimbingan ketrampilan lalu dibuka kafe ini. Baru awal tahun ini berdiri, modalnya dari Kementerian Sosial,"kata Kepala Bidang Resosialisasi dan Bimbingan Lanjut, BBRSPDI Kartini Temanggung, Ambarina Murdiati, Jumat (20/3/2020), di Temanggung.
Menurut Ambarina, penerima manfaat (PM) disabilitas intelektual yang menyeduh kopi di kafe, sebelumnya telah belajar dalam kelas barista tahun lalu. Adapun penyedia makanan dibuat oleh disabilitas intelektual yang mengikuti ketrampilan tata boga. Kaum disabilitas intelektual lebih terampil untuk melakukan berbagai ketrampilan yang bersifat monoton dan dilakukan berulang-ulang seperti membuat makanan dan menyeduh kopi.
"Di kelas saat belajar, para penerima manfaat hanya berhadapan dengan instruktur. Sekarang di kafe ini PM dihadapkan pada konsumen,"kata Ambarina. 
Menurut Ambarina, dulu disabilitas hanya belajar di kelas. Sekarang mereka dilatih bagaimana mereka menjual dan melayani konsumen. Seperti menanyakan tentang pesanan yang diinginkan, etika menghadapi konsumen, belajar menghitung dan memberikan uang kembalian dari pembayaran konsumen. 
"Moto kita mengantar menuju kemandirian anak-anak yang telah menyelesaikan rehabilitaai sosial. Sebelum mengelola kafe, anak-anak sudah training dengan magang di tempat kerja swasta,"kata Ambarina.
Sejauh ini pelatihan barista dan pengenalan kopi telah menjadi kurikulum resmi di BBRSBG yang dituangkan dalan perumusan rencana investasi. Selain diajari kopi, mereka juga praktek kerja magang dibeberapa kafe untuk terapi penghidupan.
Dika (21Th) seorang barista penyandang disabilitas intelektual mengaku senang bekerja menjadi barista di Kafe D'Tel. Sebelumnya ia magang kerja di sebuah kafe di daerah Kandangan, Temanggung. Pernah pula magang kerja di kafe di Prambanan, Yogyakarta meski tidak lama. Mengelola kafe sendiri seperti sekarang membuat impiannya terwujud.
"Saya merasa senang, ini impian saya bisa mengelola kafe,"ujar Dika. (MC.TMG/Tosiani;Ekape)

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook