Akibat Kemarau Panjang, Panen Kopi Tahun Ini Menurun
Ket [Foto]:

Akibat Kemarau Panjang, Panen Kopi Tahun Ini Menurun

 

Temanggung, Media Center – Paryudi (46) seorang petani kopi dari Desa Kemiriombo Kecamatan Gemawang, Kabupaten Temanggung yang ditemui di kebun kopinya, Jumat Sore (10/7/2020), mengaku bahwa panen kopi tahun ini lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. 
Panen kopi dimulai sejak pertengahan Bulan Mei 2020 dan dilakukan secara bertahap. Hal tersebut dilakukan karena setiap buah kopi dimasing-masing pohon tidak matang secara merata. Oleh karena itu Paryudi memanen kopinya dengan bertahap.
Biasanya sebelum panen kopi dimulai, warga Desa Kemiriombo melakukan Tradisi Wiwitan atau syukuran terlebih dahulu, sebagai bentuk ungkapan terima kasih mereka kepada leluhur. Setelah itu barulah dilakukan panen dengan cara mencuplik atau memilih buah kopi yang sudah matang terlebih dahulu dan meninggalkan buah kopi yang belum matang. 
Ciri-ciri kopi yang siap panen atau sudah matang, yaitu buah kopi yang berwarna merah. Pemilihan kopi buah merah dimaksudkan agar rasa dan kualitas kopi hasil panen selalu terjaga dan tidak mengecewakan konsumennya. Pencuplikan buah kopi matang tersebut dilakukan terus-menerus sampai habis. 
Dalam perhitungannya, panen tahun ini mendapatkan hasil kopi lebih sedikit dibandingkan panen kopi tahun kemarin. Merosotnya panenan kopi tahun ini dikarenakan musim kemarau yang cukup panjang yang mengakibatkan bunga kopi mati dan rusak, sehingga tidak bisa melakukan pembuahan.
“Untuk kemarin dari kebun saya sendiri mencapai 15 Ton, tetapi untuk tahun ini mungkin akan turun diangka 10 Ton”, ungkapnya.
Kopi hasil panenannya diolah dan dijual sendiri ke pasar, baik dalam bentuk bubuk maupun biji atau beras kering. Selain itu ada pedagang yang datang langsung ke rumahnya untuk membeli kopi, bahkan ada juga pabrik kopi yang sudah menjadi langganannya.
“Tapi itu untuk kopi campuran. Kita tidak bisa melakukan pemilihan kopi kualitas bagus, karena itu membutuhkan waktu yang lama”, imbuhnya.
Ia juga menjelaskan bahwa penjualan kopi yang bercampur tersebut dilakukan untuk memotong waktu dan biaya, karena proses penyortiran secara manual sangat membutuhkan banyak waktu dan tambahan tenaga. Berbeda dengan proses penyortiran menggunakan mesin. Selain waktu dan biaya, faktor yang lain adalah kebutuhan hidup yang mendesak yang mengharuskannya untuk menjual secara cepat. (MC TMG/Cahya;Ekape).

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook