Ket [Foto]:
Asal Muasal Nyadran Sewu Kupat di Desa Ngemplak
Temanggung, MediaCenter – Nyadran Sewu Kupat atau Sadranan Ketupan 1000 bermula ketika Kyai dan Nyai Lenging, sesepuh dahulu membuka lahan atau babat alas di daerah perbukitan yang dinamakan perkampungan Slenging atau sekarang dikenal sebagai Dusun Gedongan yang berada di Desa Ngemplak, Kecamatan Kandangan, Kabupaten Temanggung, Jumat (7/8/2020).
“Sebenarnya dulu disini itu tidak ada kali. Ya gini aja hanya pegunungan dan tidak ada kali”, kata Sarto, Warga Dusun Gedongan mengawali cerita.
Oleh karena itu Kyai Lenging membuat saluran air sepanjang Desa Ngemplak selama 1000 hari. Selama pembuatan irigasi atau saluran tersebut, Kyai Lenging juga menjalankan puasa sebagai bentuk tirakat. Selama menjalankan puasa, Kyai Lenging hanya berbuka dengan 1 buah ketupat saja, tidak lebih. Dan di hari ke-1000, irigasi tersebut telah selesai digarap Kyai Lenging. Dengan adanya saluran air, tanah di Kampung Slenging atau Dusun Gedongan menjadi subur dan menghasilkan hasil bumi yang melimpah. Oleh sebab itu untuk mengenang jasa Kyai Lenging, warga Desa Ngemplak, khususnya Dusun Gedongan, mengadakan semacam tradisi ritual nyadran atau doa bersama sebagai rasa syukur dan ucapan terima kasih kepada Kyai dan Nyai Lenging.
“Maka diperingati dengan membawa ketupat sejumlah 1000 atau lebih. Kenapa membawa ketupat, karena dulu itu Mbah Kyai tiap hari membawa bekal berupa ketupat untuk berbuka dan tidak ada lauk yang lain”, imbuh Sarto
Nyadran Sewu Kupat sudah dikenal diberbagai penjuru dan pasti banyak warga dari luar desa yang juga ikut mengikuti prosesi Nyadran Sewu Kupat tersebut. Diyakini apabila selepas acara prosesi ritual dan ikut makan ketupat sadran akan ikut mendapatkan berkahnya. Maka banyak warga yang berduyun-duyun datang ke acara Nyadran untuk mendapatkan ketupat tersebut.
“Tapi yang saya yakini insyaAlloh bahwa berkah itu dari Alloh dan kegiatan itu hanya lantaran saja”, pungkasnya. (MC TMG/Cahya;Ekape).
Tuliskan Komentar anda dari account Facebook