Bangkit dari Kebangkrutan dengan Usaha Kopi
Ket [Foto]: Kholid Nizarudin dan Putri Sulistyowati, owner Kedai Kopi Bejo, Kowangan, Temanggung.

Bangkit dari Kebangkrutan dengan Usaha Kopi

Temanggung, MediaCenter - Aneka kopi tersedia di Kedai Kopi Bejo yang berlokasi di Jalan Jendral Sudirman Nomor 146 C Kowangan, Temanggung. Ada Kopi Arabika dan Robusta khas daerah itu. Ada pula kopi khas dari daerah lain, seperti Aceh, Papua, dan Bali. Serta kopi asal luar negeri seperti Arabika dari Kongo, Ethiopia. Berbagai macam menu dan jenis kopi ini agar para pengunjung kedai mempunyai pilihan yang lebih banyak dan bisa mencoba berbagai rasa.
Sang pemilik kedai adalah pasangan Kholid Nizarudin (34 th) dan Putri Sulistyowati (34 th). Kholid fokus meracik kopi seduh, sementara Putri berkonsentrasi melayani pemesanan makanan.

Kedai Kopi Bejo memang dikenal ramai sejak menempati kios lama di Kawasan Prapanca, dekat Sekolah Masehi Temanggung. Lalu pindah ke lokasi di Jalan Kartini, tepatnya depan SMPN 1 Temanggung. Kemudian sekarang pindah ke Kowangan.

Rahasia ramainya kedai, diungkapkan Kholid, lantaran ia berusaha membangun suasana hangat untuk ‘ngobrol’ dengan para pelanggannya. Suasana hangat dan ramah ini yang selalu dicari, sehingga tidak hanya melulu pesan makanan atau minuman saja.

“Terkadang orang datang hanya untuk sekedar ngobrol. Budaya ngobrol ini yang kami bangun, sehingga tumbuh suasana hangat dan membuat pelanggan ingin atau terdorong kembali lagi kemari,” ujar Kholid.
Usaha kopi dibangun bapak dua anak ini mulai Tahun 2015. Ketika itu dirinya baru mengalami kebangkrutan dari usaha di bidang teknologi komunikasi. Kebangkrutan itu membuat ia berhutang milyaran rupiah, sehingga terus mengalami kebingungan lantaran dikejar debt collector.

“Lalu saya pulang ke desa saya di daerah Kandangan, Temanggung. Melihat tumpukan kopi hasil panen dari kebun Kopi Robusta milik orang tua, saya berpikir untuk menghasilkan uang dari kopi, sekaligus memanfaatkan potensi lokal,” ujar Kholid saat ditemui, Selasa (17/11/2020).

Berbekal niat bangkit kembali dengan bisnis kopi itu, Kholid mulai belajar kopi pada teman-temannya. Semula ia meroasting kopi di tempat temannya yang lebih dulu membuka usaha kopi. Hasil roasting kopinya sebagian dijadikan sampel untuk ditawarkan pada sejumlah kedai angkringan, dan dikirim ke beberapa teman dan rekan bisnisnya sebagai tester.

Sebagian kopi dikemas dengan nama Kopi Bejo atau Kopi Jo, lalu dijual secara bubuk dan seduh ke kantor-kantor. Nama Bejo diambilkan dari nama panggilan teman-temannya pada Kholid semasa masih tinggal di Jakarta. Putri Sulistyowati Palila yang ketika itu masih menjadi calon isterinya membantunya menawarkan kopi dari satu kantor ke kantor lainnya.

“Waktu itu saya membawa termos berisi air panas dengan sampel kopi bubuk untuk ditawarkan ke kantor-kantor. Dari sana kami memiliki banyak pelanggan. Mereka yang tertarik dengan kopi kami, kemudian memesan lagi, lalu rutin membeli,” tutur Putri.

Beberapa kali Kholid juga menerima tawaran untuk memamerkan produk kopinya pada acara di Jakarta. Pada suatu kesempatan, Putri ingin ikut Kholid pada acara tersebut. Ketika itu menjelang pernikahan mereka. Keduanya menggunakan kereta PP Semarang – Jakarta. Namun dalam perjalanan pulang dari arah Semarang menuju Temanggung, sepeda motor yang dinaiki keduanya mengalami kecelakaan terlibas truk.

“Kecelakaan tersebut membuat kami terpaksa harus menikah di rumah sakit lantaran kondisi Putri tidak memungkinkan untuk bangun,” ujar Kholid.

Setelah menikah, pasangan ini konsisten meneruskan, mengembangkan bisnis kopi. Berbekal pengalaman berbisnis yang dimiliki Kholid pada bidang usaha sebelumnya, dibantu kegigihan usaha Putri dalam pemasaran, Kopi Bejo maju pesat. Keuntungan lumayan besar yang diperoleh dari penjualan kopi membuat Putri memutuskan berhenti dari pekerjaan utamanya di sebuah perusahaan catering. Bersama Kholid, Putri bertekad untuk mengembangkan usaha kopi.

“Kebetulan saya punya keahlian membuat makanan dan minuman, dari bekal yang didapat saat bekerja di perusahaan catering. Jadi saya ingin membuat kreasi," katanya.

Saat ini secara perlahan, Kholid mulai bangkit dari kebangkrutannya pada usaha sebelumnya. Ia juga bisa membayar hutangnya sedikit demi sedikit. Usaha kopinya juga mulai dikenal di Temanggung. Ia juga rutin memasok kopi dalam kemasan sachet ke beberapa angkringan, juga kopi roasted bean ke sejumlah kafe di daerah Yogyakarta, Semarang dan luar Jawa.

Adapun selama pandemi Covid-19 berlangsung, pasangan ini makin getol berjualan via daring. Mereka melayani pemesanan dari luar kota. Antara lain dari Jakarta, Jawa Timur, dan Kalimantan. Volume pengiriman kopi ke luar daerah untuk kopi yang diambilkan dari jasa roasting mencapai 800 kg sampai 1 ton per bulan. Sedangkan untuk kopi yang diproduksi sendiri penjualannya mencapai 2 kuintal per bulan selama pandemi. (MC.TMG/Tosiani;Ekape)

Kholid Nizarudin dan Putri Sulistyowati, owner Kedai Kopi Bejo, Kowangan, Temanggung.
Tuliskan Komentar anda dari account Facebook