Ceriping Puyur, Berbahan Baku Singkong dengan Wujud dan Rasa yang Khas
Ket [Foto]:

Ceriping Puyur, Berbahan Baku Singkong dengan Wujud dan Rasa yang Khas

Temanggung, MediaCenter – Produksi ceriping dengan bahan baku singkong sangat beraneka ragam. Seperti halnya yang dilakukan Rahayu Sugiyarti bersama suami, warga Desa Ngaditirto, Kecamatan Selopampang, Kabupaten Temanggung, yang menjalankan usaha produksi ceriping singkong dengan bentuk yang tidak biasa dengan nama Ceriping Puyur.
Rahayu bersama suami memulai usaha pembuatan Ceriping Puyur sejak Tahun 1996 yang lalu dan dikerjakan berdua saja. Usaha yang digelutinya sudah banyak menemui berbagai masalah, mulai dari susahnya mencari bahan baku hingga menurunnya permintaan pasar. Seiring berjalannya waktu semua terkendali setelah menemukan cara yang lebih baik, sehingga produksi dan kualitas ceriping bisa stabil dan enak.
Dengan alasan ketika Rahayu menjual singkong yang harganya murah, sehingga membuat Rahayu bersama suami mencari cara agar harga jual singkong menjadi lebih mahal. Ketemulah ide membuat ceriping dengan bahan baku singkong tersebut. Awalnya hanya akan membuat ceriping yang biasa saja, akan tetapi ternyata olahan ceriping tersebut sedikit berbeda.
“Gandheng hasile niku kok kenyul-kenyul, miyur-miyur, bolong-bolong, terus kula kalih bapake niku ngarani dijenengi ceriping puyur wae. Ngoten (Karena hasilnya itu malahan empuk, lembek, berlubang, saya dan suami memberikan julukan Ceriping Puyur),” jelas Rahayu kepada tim Media Center Temanggung, Kamis (17/12/2020).
Rahayu dan suami sangat bersyukur dengan berproduksi Ceriping Puyur dapat meningkatkan harga jual singkong yang tadinya sangat rendah sekarang sudah berangsur naik. Bahkan sekarang bisa mengajak tetangga sekitar untuk membantunya dalam produksi. Selain membuka lapangan pekerjaan untuk warga desa, produksi Ceriping Puyur yang digeluti Rahayu dan suami juga dapat meningkatkan perekonomian warga.
“Alhamdulillah kula saget ngajak ibu-ibu desa mriki seng waune naming 1-2 sakniki sampun 30 orang. (Alhamdulillah, saya dapat mengajak ibu-ibu di desa sini, yang semula 1-2 orang, sekarang sudah 30 orang),” imbuhnya.
Cara membuatnya pun tergolong mudah, hanya saja membutuhkan ketelatenan dan kesabaran, karena tidak bisa sehari langsung jadi. Setelah bahan baku bercampur dengan bumbu masih ada proses yang membutuhkan minimal 3 hari sebelum siap dipotong dan digoreng. 
Dikarenakan proses pemotongan masih menggunakan alat yang manual dan cukup susah, Rahayu membatasi produksi Ceriping Puyur tiap harinya tidak lebih dari 150 kg bahan baku. Hal tersebut dimaksudkan agar produksi Ceriping Puyur selalu fresh.
“Karena kita menjaga kualitas, jadi sedikitpun kita tidak menggunakan bahan pengawet”, imbuhnya.
Rahayu dan keluarga berharap agar produksi Ceriping Puyurnya semakin maju, sehingga dapat meningkatkan nilai ekonomi warga. Bisa membantu pemasukan ibu-ibu rumah tangga, khususnya warga Desa Ngaditirto. (MC TMG/Cahya;Iwan;Ekape).

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook