57 ODHA di Temanggung Berhenti Konsumsi ARV
Ket [Foto]: Ketua Smile Plus Memey Rochtriyati

57 ODHA di Temanggung Berhenti Konsumsi ARV

Temanggung, MediaCenter - Plt Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Temanggung, Kristri Widodo, mengatakan, penderita AIDS di Kabupaten Temanggung hingga tahun 2021 terdata ada sebanyak 577 kasus, di antaranya 41 ditemukan di Tahun 2021.

Dari sejumlah ODHA tersebut yang pernah minum Obat Antiretroviral Virus (ARV) sebanyak 461 orang, tetapi dari jumlah tersebut, 94 orang sudah meninggal dunia. Kemudian yang masih aktif konsumsi antireteoviral sebanyak 252 orang dan 57 orang ODHA putus minum obat ARV. Hal ini kemudian menjadi perhatian Pemerintah Kabupaten Temanggung.

"Kalau dari kesaksian kita melihat bahwa salah satu kunci pentingnya adalah mengkonsumsi ARV. Jadi 57 orang ini harus menjadi perhatian kita. Supaya mau kembali, sebab mereka bukan penderita, tetapi orang dengan HIV/AIDS. ARV itu merupakan salah satu yang untuk mendorong kekebalan tubuh, kemudian untuk kesehatannya itu harus rutin minum ARV. Ini kuncinya," katanya, dijumpai usai acara peringatan Hari AIDS se-Dunia di Pendopo Pengayoman, Kamis (2/12/2021). 

Ketua Smile Plus Memey Rochtriyati yang selama ini lewat lembaganya tersebut mendampingi ODHA menuturkan, ada beberapa faktor yang membuat ODHA itu sampai putus mengkonsumsi ARV. Antara lain, pada saat pertama kali mengetahui statusnya belum ada dukungan dari pihak manapun.

"Teman-teman yang putus itu pertama kali membuka status, bisa karena belum ada dukungan dari manapun, jadi keluarga belum bisa memberikan dukungan atau pun mungkin ODHA-nya sendiri yang belum membuka status kepada keluarga atau pasangan. Kedua, belum ada pelibatan dari teman sebaya atau komunitas yang langsung bisa dipertemukan dengan teman-teman untuk langsung memberikan penguatan," katanya.

Hal itulah yang menyebabkan ODHA tiba-tiba lepas atau putus mengkonsumsi ARV. Maka, ia berharap teman-teman dari seluruh PDP HIV/AIDS itu disiapkan untuk bisa memberikan dukungan pasca buka hasil atau dinyatakan statusnya sebagai ODHA. 

"Karena kita tahu, ODHA itu kalau pertama kali membuka hasil pasti down dan mau kemana dia cari informasi, kemana dia cari teman, kemana cari dukungan. Kadang-kadang kan merasa aku nggak mungkin ngomong sama keluargaku kayak gitu. Maka disitulah pentingnya peran teman-teman, maka kita upayakan bisa membantu di setiap PDP untuk memberikan dukungan pertama kali agar tidak putus," jelasnya.

Kemudian penyebab lain dari putusnya ODHA mengkonsumsi ARV, karena jarak akses RSUD yang berada di tengah wilayah Temanggung. Padahal mereka bisa saja berasal dari berbagai penjuru kecamatan dari 20 kecamatan yang ada di Temanggung. Bagi yang tempat tinggalnya ada di pelosok juga bisa terkendala transportasi, ekonomi dan lain-lain. 

"Berikutnya stigma dan diskriminasi. Kenapa teman-teman itu tiba-tiba memutuskan untuk tidak mengambil obat. Apabila yang BPJS kan harus mengambil rujukan dari Puskesmas, takut ketahuan oleh tetangga, teman atau orang lain. Sebenarnya permasalahan yang paling utama itu adalah stigma dan diskriminasi, baik dari diri sendiri maupun orang lain. Itu pembunuh yang utama," katanya. 

Memey mengakui, bahwa sampai saat ini memang masih ada diskriminasi terhadap ODHA. Ia pun membeberkan pernah menangani masalah diskriminasi anak kecil atau anak dari ODHA yang juga terinfeksi, tetapi mau sekolah. Namun si anak ditolak untuk bisa belajar dengan teman-temannya, bahkan pembelajarannya mau disendirikan, padahal hal itu tidak boleh terjadi, sebab sekolah adalah hak. Namun saat ini anak tersebut kini akhirnya bisa sekolah. (MC.TMG/ar;ekp)

Ketua Smile Plus Memey Rochtriyati
Tuliskan Komentar anda dari account Facebook