Ket [Foto]: Petani di lereng Gunung Sindoro, wilayah Desa Bansari, Kecamatan Bansari, Kabupaten Temanggung menerapkan sistem tumpang gilir di lahan dalam bertani.
Optimalkan Pupuk dan Lahan dengan Sistem Tumpang Gilir
Temanggung, Media Center - Petani di lereng Gunung Sindoro, wilayah Desa Bansari, Kecamatan Bansari, Kabupaten Temanggung menerapkan sistem tumpang gilir di lahan dalam bertani.
Sistem tumpang gilir sebagai sebuah kearifan lokal dan menjadi tradisi dalam bertani di lahan, terbukti mampu mengoptimalkan lahan, menghemat biaya dan meningkatkan pendapatan.
Seorang petani, Sofian (35) mengatakan, tumpang gilir menjadi tradisi dalam bertani di lereng Gunung Sindoro. Cara ini diajarkan dari orang tua pada anaknya. Kini sistem ini menjadi jamak di Temanggung, terutama petani di lereng Gunung Sindoro, Sumbing dan Prahu.
Anggota Kelompok Tani Lestari tersebut menerangkan, sistem tumpang gilir yakni petani mengolah lahan satu kali dan pemberian pupuk organik untuk penanaman satu komoditas yang disusul komoditas lain tanpa pengolahan lahan kembali.
Ia mencontohkan yang diterapkan di lahannya adalah bertanam bawang merah, sebelum bawang merah panen, disela-sela tanaman ditanami tembakau.
"Saat bawang merah panen, tanaman tembakau sudah mulai tumbuh. Ada pula yang ditanami bawang merah, lalu disusul lombok," katanya yang ditemui Jumat (15/4/2022).
Saat ini, ketika bawang merah berusia 50 hari, di sampingnya ditanami cabai, sehingga nanti saat bawang merah panen, selisih beberapa waktu cabai juga panen.
Petani lainnya, Siswanto (42) mengatakan, tumpang gilir adalah cara untuk memanfaatkan pupuk organik yang ada di lahan pertanian yang belum termanfaatkan oleh tanaman lainnya.
Diterangkan olehnya, petani dalam olah lahan selalu memberikan pupuk organik. Tidak semua pupuk habis untuk satu tanaman. Pupuk organik yang ada di dekat tanaman belum termanfaatkan, makanya lantas ditanami tanaman atau komoditas lain.
"Jadi satu olah lahan satu pemupukkan untuk beberapa tanaman," katanya.
Setelah dua atau tiga kali penanaman, lahan kemudian diistirahatkan sekitar satu bulan. Sebelum kemudian kembali diolah diberi pupuk dan tanami.
"Nyaris sepanjang tahun lahan bisa produktif," tambahnya.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kabupaten Temanggung Joko Budi Nuryanto mengatakan, pemerintah mendukung sistem tumpang gilir, karena lahan menjadi produktif dan terbukti bisa menghemat biaya pengolahan lahan.
"Tumpang gilir ini menjadi salah satu andalan petani di Temanggung, apalagi penggunaan pupuk organik yang butuh waktu lama tanah untuk mengurainya," katanya.
Ia berharap, petani bisa mengembangkan sistem tumpang gilir ini dan berinovasi untuk peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.
"Pemkab juga memberikan peningkatan kapasitas pada petani dalam berbudidaya," tandasnya. (MC.TMG/aiz;pde;ekp)
Tuliskan Komentar anda dari account Facebook