Temanggung, MediaCenter – Kemarin Rabu (17/10), sejumlah warga berbondong-bondong naik ke Pos 1 Gunung Sindoro via Banaran untuk melakukan tradisi “Sadran Gunung” di Desa Mranggen Kidul, Kecamatan Bansari, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.

Pada tradisi “Sadran Gunung” tersebut pemangku adat dari Desa Mranggen Kidul, Ki Keteng Kusumo memberikan wejangan (nasehat) kepada masyarakat yang hadir dalam acara tersebut, bahwa Slametan Gunung (ritualan) atau Sadranan (sedekah bumi) tersebut rutin dilaksanakan masyarakat petani tembakau sebagai ungkapan rasa syukur dan permohonan keselamatan kepada Tuhan sekaligus sebagai sarana mengirim doa kepada arwah leluhur.

Acara yang sebenarnya dilaksanakan tiap tahunnya ini dilaksanakan setiap hari Rabu Pon dalam kalender Jawa di bulan Muharram, namun sehubungan pada tahun 2017 ini tidak ada hari Rabu pon, maka Sadran Gunung ini dilaksanakan di hari Rabu Legi. “Diharapkan tahun depan mendapat obor baik, atau cahaya yang baik dan akan dapat tahun yang Legi (manis)”, paparnya.

Dalam Sadran Gunung tersebut diadakan tahlil untuk mendoakan para leluhur serta mengirim doa kepada semua keluarga yang telah meninggal dunia yang dipimpin oleh Camat Bansari, Muhammad Kudhori.

Beliau berpesan bahwa tradisi ini merupakan hajat masyarakat Bansari dengan tujuan waras gununge dan adem, untuk itu masyarakat selalu menjaga dan melestarikan alam dengan sebaik-baiknya, karena alam akan memberikan kebaikan kepada kita semua, namun jika alam tidak dijaga, maka alam akan marah kepada kita semua.

Petuah dari Ki Ageng Sinduro (Ki Ageng Singoyudho) yang disampaikan juga oleh Khudori, bahwa jangan sampai kita mematikan pohon yg sudah ada, “sebab kalau dimatikan maka akan mematikan masyarakat semua, maka dari itu mari untuk saling menjaganya agar alam tetap asri dan senantiasa bersahat dengan kita semua”, tegasnya. (MC TMG/Penulis, Foto: Agung Editor: Ekape)