Ket [Foto]: Temanggung, Media Center – Ratusan warga Dusun Kerokan, Desa Kutoanyar, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung menggelar prosesi adat berupa kirab gunungan berisi hasil bumi sebagai wujud rasa syukur atas melimpahnya hasil pertanian masyarakat sekaligus bentuk komitmen dalam menjaga tradisi dan budaya yang adi luhung, Minggu (7/8/2022).
Temanggung, Media Center – Ratusan warga Dusun Kerokan, Desa Kutoanyar, Kecamatan Kedu, Kabupaten Te
Temanggung, Media Center – Ratusan warga Dusun Kerokan, Desa Kutoanyar, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung menggelar prosesi adat berupa kirab gunungan berisi hasil bumi sebagai wujud rasa syukur atas melimpahnya hasil pertanian masyarakat sekaligus bentuk komitmen dalam menjaga tradisi dan budaya yang adi luhung, Minggu (7/8/2022).
Menariknya, beragam hasil bumi yang terdapat di dalam gunungan tersebut ramai-ramai diperebutkan oleh seluruh warga usai menjalani kirab mengelilingi dusun. Mereka percaya, terdapat banyak berkah apabila berhasil membawa pulang hasil bumi dalam gunungan tersebut.
Sesepuh Dusun Kerokan, Sholahudin Al Ayubi menuturkan, terdapat empat buah gunungan yang diikutkan dalam prosesi kirab kali ini. Masing-masing berisi aneka hasil bumi dari lahan-lahan pertanian di wilayah tersebut mulai sayur-sayuran hingga buah-buahan.
“Ini sebagai wujud rasa syukur masyarakat kami atas limpahan berkah, khususnya hasil pertanian di dusun ini,” terangnya.
Prosesi tersebut tak lain merupakan salah satu acara dari berbagai rangkaian kegiatan Khaul Simbah Selojoyo yang tak lain merupakan pepunden atau tokoh yang membuka permukiman (bubak alas) di dusun itu, termasuk mengajarkan berbagai budaya serta sistem ketata masyarakatan yang masih terus diteladani sampai saat ini.
Selain kirab gunungan hasil bumi, warga juga menggelar tahlil yang bertujuan untuk mendoakan seluruh arwah pepunden dan para pendahulu.
“Ini wujud penghormatan warga masyarakat terhadap sosok Simbah Selojoyo yang setelah kita telusuri ternyata erat kaitannya dengan Ki Ageng Makukuhan yang tak lain ialah tokoh penyebar ajaran agama Islam di wilayah Kedu. Khaul menjadi yang ke-13 kalinya sejak awal kita selenggarakan,” jelasnya.
Selain wujud rasa syukur atas limpahan rejeki, beragam prosesi yang digelar saat awal bulan Muharam tersebut juga dijadikan sebagai momentum untuk merekatkan jiwa gotong-royong seluruh warga yang memiliki kesibukan masing-masing dalam kesehariannya.
“Dengan berkumpul, seluruh warga akan merasa bahagia dan senantiasa menjaga tali silaturahmi dan jiwa kegotong-royongan,” imbuhnya.
Sementara itu, salah seorang warga, Mukhlis (49) mengaku bahwa acara grebeg ini merupakan salah satu wujud syukur warga sekaligus menunjukkan semangat kebersamaan mereka demi mencapai tujuan kebahagiaan bersama.
Sedangkan makna berebut hasil bumi dalam gunungan sendiri ialah keakraban sekaligus symbol, jika manusia perlu saling berebut rezeki dalam konteks yang positif agar senantiasa dipenuhi berkah di dalamnya.
“Ini simbol saling berebut rezeki dan kebaikan secara positif. Hidup kan memang harus berlomba-lomba dalam mencapai kebaikan agar bermanfaat untuk satu sama lain,” pungkasnya. (MC.TMG/fr;ekp;ysf)
Tuliskan Komentar anda dari account Facebook