Kisah Marsiana Barista Difabel yang Menginspirasi
Ket [Foto]: Kisah Marsiana Barista Difabel yang Menginspirasi

Kisah Marsiana Barista Difabel yang Menginspirasi

Temanggung, MediaCenter - Kabut tebal dan hawa dingin masih menyelimuti halaman depan Kantor Badan Narkotika Nasional (BNN) Kabupaten Temanggung, tatkala sebuah motor roda tiga masuk di halaman gedung milik pemerintah tersebut. Pengemudinya seorang lelaki paruh baya, yang dengan cekatan memarkir kendaraannya. Tak seberapa lama, ia pun membuka lapak jualan kopinya.

Rupanya hawa dingin dan rintik embun yang bagi sebagian orang dirasa mengganggu, justru menjadi berkah baginya. Lantaran, orang-orang pun bergegas menghampirinya untuk memesan segelas kopi panas guna menghangatkan badan. 

"Pak, kopi ireng panas nggih, damel anget-anget adem tenan je, (Pak kopi hitam panas ya, untuk menghangatkan badan, dingin sekali ini)," kata seorang pemesan bernama Kirno (41), sambil menyilangkan dua tangan ke dadanya menahan hawa dingin yang menerpa.  

Marsiana (57), nama pria penjual kopi tersebut. Sepintas tampak tidak ada yang istimewa dari sosoknya, namun setelah diamati tangan kirinya ternyata merupakan tangan palsu. Ya, seorang difabel, namun hal itu tak menyurutkan langkahnya untuk tetap bekerja mencari nafkah bagi keluarga. Alumni SMA Negeri 1 Temanggung tahun 1986 ini, tengah ikut berpartisipasi dalam acara "Ngopi Bareng" lintas sektor dan elemen di halaman Kantor BNNK Temanggung.

Warga Papoan, Kelurahan Madureso, Temanggung ini, tak pernah merasakan dirinya menjadi orang yang memiliki kekurangan, orang tak mampu, dan orang yang harus dikasihani. Sebaliknya, apa yang telah digariskan Tuhan kepada dirinya dianggapnya sebagai sebuah kelebihan, sebuah karunia tak terhingga. Ia tak mau hanya berpangku tangan selalu menunggu belas kasihan, namun tetap optimis menjemput rejeki halal dengan berjualan kopi keliling dari satu tempat ke tempat lain. 

"Awalnya dulu saya sudah bekerja di sebuah warung lesehan, tapi terkena PHK, lalu bingung mau kerja apa sementara ada keluarga yang harus saya hidupi. Tapi meski saya disabilitas saya tidak ingin selalu dikasihani, saya ingin mandiri hidup. Lalu tidak sengaja buka-buka youtube ada orang jualan kopi keliling di Jogja, maka saya coba, bermodalkan Rp 250 ribu saja," katanya, Jumat (11/8/2023). 

Empat tahun kini, usahanya telah berjalan dan ia pun telah mampu mencukupi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari. Namun, perjuangannya tak semudah membalik telapak tangan, sebab pahit getir sebagai penjual kopi keliling telah dilakoni. Awalnya, sebelum dibantu motor roda tiga oleh Kementerian Sosial RI, ia berjualan dengan sepeda motor roda dua. Ia pun harus bersusah payah, saat hujan badannya basah kuyup bersama barang jualannya, begitu juga saat terik, sengatan sinar matahari membakar kulitnya. Akan tetapi, ayah tiga anak ini tak patah arang, ia terus menjemput rejeki dengan semangat. 

Dulu saat memakai motor roda dua, ia hanya bisa meraup pendapatan rata-rata Rp50 ribu per hari, kini saat menggunakan sepeda motor roda tiga barang jualannya pun semakin banyak hingga pendapatannya pun bertambah antara Rp75 ribu sampai Rp100 ribu per hari. Saat tidak ada event atau tidak berkeliling ia pun tetap berjualan di sebelah timur Mako Polres Temanggung. Melalui cara ini ia pun ingin memberikan motivasi kepada rekan-rekannya sesama difabel agar tetap bersemangat menjalani hidup, menjemput rejeki dan tidak perlu berkecil hati. 

"Kebetulan saya juga dipercaya sebagai Ketua Difabel Kabupaten Temanggung dengan anggota kurang lebih 5.000 orang, terdiri dari daksa, netra, dan lain-lain. Kadang difabel itu enggak berani keluar rumah, utamanya karena rasa minder, maka dari situ kita cari, kita kumpulkan kita berikan wawasan, bahwa kita punya keterbatasan itu tidak sendiri. Ini kehendak Illahi, tapi harus kita syukuri, satu kekurangan bisa kita buat menjadi sebuah kelebihan disabilitas yang tidak semua orang bisa melakukannya," katanya.

Ia pun tak segan berkolaborasi dengan instansi yang ada agar bisa memberikan pelatihan kepada difabel. Upayanya pun membuahkan hasil, banyak rekan-rekannya sebelumnya merasa minder, kini melalui pelatihan program usaha bisa menentukan usaha yang cocok dengan kondisi atau keterbatasan masing-masing. Bahkan Kemensos telah memberikan pelatihan, permodalan, hingga peralatan pendukung, termasuk dari Pemerintah Kabupaten Temanggung. 

Slogan yang dituliskan di depan sepeda motor roda tiga Marsiana bukanlah isapan jempol semata, tapi benar-benar tulus menginspirasi, "Barista Disabilitas, Ayo Ngopi, Ketika Otak Perlu Inspirasi".(MC.TMG/ary;ekp)

Kisah Marsiana Barista Difabel yang Menginspirasi
Tuliskan Komentar anda dari account Facebook