Ket [Foto]: Seminar Dies Natalis ke-48 STAINU Temanggung Angkat Tema “Perang Malaikat dan Setan di Media Sosialâ€
Seminar Dies Natalis ke-48 STAINU Temanggung Angkat Tema “Perang Malaikat dan Setan di Media Sosia
Temanggung-mediacenter. Dalam memperingat Dies Natalis ke-48 Sekolah Tinggi Nahdatul Ulama Temanggung mengadakan kegiatan Seminar Literasi Media dengan tema “Perang Malaikat dan Syetan dalam Medsos” bertempat di Aula Kampus setempat, Senin (23/4).
Seminar ini merupakan puncak acara dari rangkaian kegiatan dalam peringatan Dies Natalis STAINU yang sebelumnya juga digelar Lomba Desain Grafis tingkat SMU/SMK se-Kabupaten Temanggung, Pemilihan Duta STAINU Temanggung, Lomba Olahraga antar Dosen dan Mahasiswa, Pemilihan Dosen Terfavorit dan Terinovatif dan rangkaian kegiatan lainnya.
Ketua STAINU Temanggung H Muh. Baehaqi, dalam sambutannya sekaligus membuka acara seminar menyampaikan bahwa diusia yang sudah tergolong dewasa ini, STAINU terus berbenah dan memperbaiki diri, khususnya dalam hal fasilitas perkuliahan, tenaga SDM Dosen, penambahan program studi dan penerimaan mahasiswa.
“Dengan pembenahan di segala sektor, harapannya STAINU sudah siap untuk berubah status menjadi Institut, perlu saya sampaikan juga tahun ini , calon mahasiswa yang telah mengambil berkas pendaftaran sejumlah 600 orang, semoga dapat bergabung menjadi mahasiswa baru STAINU,” jelas Baehaqi.
Adapun seminar diisi materi oleh dua narasumber, Eko Kus Prasetyo dari Dinas Komunikasi dan Informatika yang menyampaikan materi mengenai Bijak Bermedia Sosial dan Hamidulloh Ibda Dosen STAINU Temanggung dengan materi Malaikat dan Setan.
“Di era digital sekarang, media sosial sudah menjadi satu kebutuhan pokok, terutama bagi pengguna usia 20-29 tahun yang merupakan 70 persen dari pengguna internet di Indonesia. Hal ini perlu disikapi dengan sikap THINK dalam beraktifitas di media sosial, THINK merupakan akronim dari True, Helpful, Illegal, Necessary dan Kind.” papar Eko.
“Dalam memposting apapun juga, kita juga dituntut untuk bisa cerdas, istilahnya saring dulu sebelum share,” tambah Eko.
Sedangkan Ibda dalam materinya menyampaikan bahwa dalam dunia maya, khususnya media sosial, seseorang bisa memiliki seolah-olah dua pribadi yaitu malaikat atau setan. “ Di media sosial seseorang yang alim di dunia nyata, bisa menjadi kebalikannya apabila beraktifitas di media sosial.” papar Ibda.
“Sehingga kita harus meningkatkan kemampuan literasi yang dimiliki, jangan sampai kita memposting atau meneruskan informasi yang belum dapat dipastikan kebenarannya, atau istilahnya hoax,” tegas Ibda.
Seminar dilanjutkan dengan diskusi panel yang dipandu oleh moderator Wahyu Egi Widayat dengan pertanyaan-pertanyaan seputar aktifitas internet dan bermedia sosial oleh audiens. (penulis: Kokok; foto: Iwan; editor:ekape )
Tuliskan Komentar anda dari account Facebook