Ket [Foto]:
Panca Dewi Dorong Pemerataan Lembaga PAUD dan Perpustakaan Keliling Tingkat Desa
Temanggung, MediaCenter – Ketua TP PKK Kabupaten Temanggung, Panca Dewi Agus Setyawan mencanangkan sebuah program terobosan berupa pemerataan lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan perpustakaan di seluruh penjuru desa.
Hal tersebut merupakan salah satu bentuk komitmen dan upayanya dalam membangun karakter positif anak secara menyeluruh.
“Sebisa mungkin, saya mendorong adanya PAUD dan keberadaan perpustakaan di setiap desa di Kabupaten Temanggung,” katanya usai dikukuhkan sebagai Bunda PAUD dan Bunda Literasi Kabupaten Temanggung di Gedung Grhadika Bhakti Praja, Semarang, Jumat (23/5/2025).
Menurut istri Bupati Temanggung, Agus Setyawan ini, keberadaan PAUD dan perpustakaan di tingkat desa memiliki sebuah korelasi positif guna membangun mental, serta karakter positif anak-anak secara merata.
Dengan berdirinya lembaga PAUD di setiap desa, maka pola pembentukan generasi unggul dan berkualitas sejak usia dini bukan lagi menjadi sebuah angan belaka. Di sisi lain, keberadaan perpustakaan desa juga tak kalah penting.
Di tengah gempuran arus teknologi seperti saat ini, peningkatan literasi membaca dianggap sebagai bekal kebutuhan mendasar, agar tumbuh kembang anak dapat berjalan ke arah yang positif.
Terlebih, buku merupakan jendela dunia yang memiliki peran utama dalam menambah wawasan seseorang.
“Anak-anak merupakan aset berharga sebuah bangsa. Sehingga kemajuan sebuah daerah sangat ditentukan oleh bagaimana kualitas masyarakatnya, termasuk anak-anak yang akan menjadi generasi penerus di kemudian hari. Kita wajib mempersiapkan semuanya,” ungkapnya.
Sementara itu, Ketua TP PKK Provinsi Jawa Tengah, Nawal Arafah Taj Yasin Maimoen membeberkan, bahwa rendahnya jumlah peserta didik di lembaga PAUD, tak lepas dari belum adanya pemerataan keberadaan PAUD itu sendiri di tingkat desa.
“Lebih dari 50 persen anak usia 0-6 tahun tidak berkesempatan mencicipi bangku pendidikan, tepatnya PAUD. Ditambah, baru ada 4 persen PAUD negeri di Jawa Tengah,” urainya.
Dirinya juga menyoroti masalah rendahnya tingkat minat baca masyarakat Indonesia yang hanya di angka 0,001 persen berdasar versi UNESCO. Serta Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat Jawa Tengah yang masih berada di kisaran 68,82 persen.
Sehingga penting dibangunnya infrastruktur guna menunjang perkembangan literasi dan budaya minat baca secara menyeluruh. Seperti penyediaan fasilitas pojok baca dan perpustakaan keliling di tiap-tiap desa.
“Teknologi digital sebenarnya bisa dimanfaatkan juga sebagai alat bantu pengembangan literasi. Sangat penting menggerakkan budaya baca melalui inovasi yang selaras dengan berkembangnya zaman,” pungkasnya. (IFN;EkP)








Tuliskan Komentar anda dari account Facebook