
Ket [Foto]:
Bupati Agus Gondrong Dorong Generasi Muda Teladani Dedikasi Alm.Titiek Puspa
Temanggung, MediaCenter – “Titiek Puspa adalah legenda yang harus kita hormati dan teruskan setiap jengkal perjuangannya”. Hal tersebut disampaikan oleh Bupati Agus Setyawan di sela-sela acara Tribute to Titiek Puspa di Kopinya Piyu atau El Cafe Temanggung, pada Minggu (11/5/2025) pagi.
Dalam kesempatan yang sama, pria yang akrab disapa Agus Gondrong tersebut juga turut bernyanyi bersama para peserta yang hadir, dengan membawakan lagu hits karya Titiek Puspa yang berjudul “Marilah Kemari”.
Tribute to Titiek Puspa sendiri digelar sebagai bentuk penghormatan atas dedikasi, serta karya-karya besarnya untuk dunia seni tanah air selama ini.
“Beliau merupakan artis dan seniman terbaik yang pernah dimiliki oleh Indonesia. Berkat beliau jugalah, nama Kabupaten Temanggung semakin menggema luas di tingkat nasional,” ungkapnya.
Nama Titiek Puspa sendiri tidak dapat dilepaskan dari Temanggung. Ia sejatinya berasal dari Kabupaten Semarang, namun justru seiring perkembangannya, sangat lekat dan tumbuh di Kabupaten Temanggung.
Titiek Puspa bukanlah asli orang Temanggung, ia merupakan wanita kelahiran Tanjung, Tabalong, Kalimantan Selatan. Ia masuk di daerah penghasil tembakau pada umur lima tahun.
Pada sekitar tahun 1941, wanita bernama asli Sudarwati yang kemudian diubah menjadi Kadarwati serta Sumarti ini, bersama orang tuanya tinggal di Desa Greges, Kecamatan Tembarak. Sebuah desa yang berjarak kurang lebih enam kilometer dari kota Temanggung. Dari desa ini pula, ia mulai tumbuh dan berkembang.
Beberapa tahun kemudian, ia pindah ke Desa Kranggan, Kecamatan Kranggan. Dari tempat ini, ia kemudian pindah rumah di Jalan Pahlawan, Temanggung.
Dirinya hijrah ke Jakarta pada tahun 1950-an untuk mengabdi pada dunia seni. Tak hanya dikenal sebagai penyanyi dan pencipta lagu, Titiek Puspa juga akrab membintangi sejumlah film di masa lalu.
Namun, di tengah kesuksesannya, orang tua Titiek meninggal dunia di Temanggung. Keduanya juga dimakamkan di daerah penghasil tembakau ini. Termasuk salah seorang kakaknya juga terlebih dahulu meninggalkannya.
“Beliau ini adalah teman sekolah embah saya. Banyak karya legendaris yang telah beliau ciptakan. Jadi memang layak disebut sebagai legenda sekaligus panutan,” imbuhnya.
Agus menambahkan, bahwa acara-acara seperti ini penting digelar, mengingat sejarah adalah refleksi positif bagi masa depan manusia. Ia berharap, para generasi muda tak mudah melupakan sejarah, karena apa yang dijalani hari ini merupakan sumbangsih sejarah panjang yang berpengaruh atas kemajuan di berbagai sektor.
“Saya ingin pembangunan tak hanya terfokus pada sektor infrastruktur saja. Akan tetapi, membangun Sumber Daya Manusia yang unggul dan kreatif. Sehingga memicu pertumbuhan ekonomi. Salah satunya lewat jalan di sisi seni,” imbuhnya.
Titik Puspa menghembuskan napas terakhirnya di usia 87 tahun. Ia meninggal dunia pada Rabu, 10 April 2025 lalu di Rumah Sakit Medistra, Jakarta akibat penyakit yang ia derita.
Sejumlah lagu karyanya masih populer hingga kini. Tak sedikit di antaranya yang dibawakan ulang oleh penyanyi-penyanyi generasi baru. Beberapa lagu terkenalnya antara lain Kupu-Kupu Malam, Apanya Dong, Bing, Marilah Kemari, Dansa Yo Dansa, Menabung, dan Bimbi. (IFN;EKP)
Tuliskan Komentar anda dari account Facebook