Mengawal Kemerdekaan Menuju Peradaban Dunia; Dialog Kebangsaan HSN 2025
Ket [Foto]:

Mengawal Kemerdekaan Menuju Peradaban Dunia; Dialog Kebangsaan HSN 2025

Temanggung, MediaCenter - Dalam rangkaian memperingati Hari Santri Nasional (HSN) tahun 2025, PCNU Kabupaten Temanggung melalui Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia - Lakpesdam NU mengadakan dialog kebangsaan bertajuk "Mengawal Kemerdekaan Menuju Peradaban Dunia".

Kegiatan ini bertempat di Pondok Pesantren Karangsantri, Bandunggede, Kedu, Senin (20/10/2025), dengan narasumber suami Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Indonesia, yaitu Doktor Ngatawi Al-Zastrouw, seorang budayawan dari kalangan Nahdliyin.

Dalam sambutannya, Ketua PCNU Kabupaten Temanggung Gus Nurul (KH. Muchammad Nurul Yaqin), sekaligus pengasuh Ponpes Karangsantri menyampaikan rasa terima kasihnya kepada kader-kader muda NU dan jajaran pengurus PCNU yang sudah menyempatkan hadir di acara dialog kebangsaan ini.

"Kegiatan siang menjelang sore ini merupakan rangkaian acara Silaturasa 76 Dialog Kebangsaan bekerja sama dengan PT. Djarum Kudus, terima kasih kehadiran para santri, kader muda NU dari Anshor, PMII, BEM Inisnu, Fatayat, Muslimat dan jajaran pengurus PCNU. Sore ini, kita menimba ilmu membuka wawasan kebangsaan untuk kemajuan peradaban bangsa yang lebih beradab dan mulia," tuturnya.

Wakil Ketua dan Anggota DPRD Temanggung dari Fraksi PKB, Muhammad Amin sebagai moderator dialog kebangsaan menyampaikan, bahwa narasumber ini merupakan seniornya saat menempuh kuliah di IAIN Sunan Kalijogo, Yogyakarta. Pada 2009, Al-Zastrouw memperoleh gelar doktor sosiologi dari Universitas Indonesia setelah mengambil program S2 dan S3 sosiologi di Universitas Indonesia.

Ngatawi Al-Zastrouw dalam penjelasannya menyampaikan, pentingnya masyarakat, terutama generesi muda untuk belajar sejarah bangsa Indonesia, ulama dan santri, beserta komponen bangsa yang lain, bahu membahu bekerja sama memperjuangkan, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan.

"Ide negara Republik Indonesia ini jauh sebelum kemerdekaan tahun 1945, dahulu kira-kira tahun 1866 ada ulama dari Aceh sudah menyampaikan Al Jumhuriyah al Indonesia (Republik Indonesia). Dan berdirinya NU tahun 1926 merupakan benteng ideologis, benteng tradisi untuk antisipasi gerakan liberalisasi yang dilontarkan negara barat. Maka, sudah sewajarnya, bahwa kita harus menghormati ulama dan umaro, dari tradisi dan pendidikan pondok pesantren lahirlah Presiden ke-4 Republik Indonesia, yaitu KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur)," tuturnya. (Sty;Ekp)

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook